Kalau Jakarta punya Gelora Bung Karno yang megah, Pontianak punya…
Lapangan – Saya tidak menemukan informasi jelas mengenai kapan area ini didirikan. Tapi, ayah saya yang kelahiran 1939, pernah bercerita bahwa Presiden Soekarno pernah memberikan pidato di hari pembukaan stadion ini. Jadi, sebut saja, stadion mungkin telah berusia 50 tahun, atau lebih. Gambar di wikipedia menunjukkan bahwa stadion pernah tampak seperti ini.
Sebelum berbicara lebih jauh, di kalangan sesama warga, Stadion Sultan Syarif Abdurrahman disebut GOR (gelanggang olahraga). Jadi, sepanjang tulisan ini saya akan menggunakan penyebutan serupa, GOR. Kedua, tulisan ini lahir karena saya pernah berteman akrab dengan Gelora Bung Karno. Jadi, mohon maklumi jika tulisan ini akan menyandingkan GOR dengan GBK.
Di gerombolan sesama kuli tinta, GBK adalah kawasan pamungkas untuk menggali berita. Banyak organisasi atau komite atau pengurus cabang olahraga yang berkantor di tempat ini. Jadi, cukup mampir ke GBK jika ingin mewawancarai atlet atau pelatih cabang A, B, atau Z, pasti satu dua buah berita akan berhasil dikantongi. Namun,situasi serupa agaknya sulit terjadi di sini.
KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia) dan PASI (Persatuan Atletik Seluruh Indonesia) adalah dua kantor yang saya temukan palangnya di area GOR. Di samping keduanya, sepertinya hanya ada PBSI (Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia) dan atlet tinju yang berlatih di kawasan ini. Selebihnya, saya kurang tahu pasti.
Kedua, kondisi jalan. Kalau di GBK anak kecil bisa bermain sepatu roda dengan mulusnya, jangan harap aktivitas serupa bisa dilakukan di GOR. Jalan berlubang di sana sini. Jika musim hujan datang, maka pengguna jalan harus siap mengotori sepatunya dengan cipratan tanah dan air.
Selama menyisiri GBK beberapa bulan, saya tidak menemukan adanya papan iklan untuk tempat latihan mengemudi. Di GOR, ini jadi hal biasa. Tidak hanya iklan, kawasan ini pun menjadi kawasan ‘favorit’ untuk praktek latihan menyetir. Adegan warga yang berlari pagi sambil menghindari pengemudi amatir yang sedang latihan, atau pengemudi yang tampak deg-degan harus membanting setir karena ada warga yang ‘tiba-tiba’ sedang berdiri di depan moncong mobilnya, sudah jadi pemandangan umum.
Perbandingan selanjutnya mungkin menjadi kondisi semua tempat umum di Indonesia. Kurang terawat. Saya tidak mengatakan GBK punya kawasan yang sangat bersih dan terawat. Namun, jika harus menyandingkannya dengan GOR, tentu GBK masih jauh lebih baik.
Selain menjadi gelanggang olahraga, GOR juga menjadi gelanggang tanaman. Banyak penjual tanaman yang berjualan di sini. Untungnya, keberadaan meraka cukup menyegarkan mata. Di tengah pemandangan jalan aspal berlubang, dan dinding kotor bekas coretan, warga bisa menghibur mata dengan melihat tanaman hijau yang dijajakan di pinggir jalan.
Meskipun begitu…
Kendati jauh dari bayangan fasilitas umum yang menyenangkan, GOR kebanggaan kota Pontianak akan tetap menjadi tempat terbaik untuk berolahraga. Bapak, ibu, pelajar, anak kecil, akan menyisihkan waktu untuk lari pagi, atau senam pagi di tempat ini.
Kendati ada jalan berlubang, komunitas motor masih mencintai GOR untuk beratraksi balap setiap sore hari.
Kendati harus cekatan menghindari warga yang berlari pagi, mereka yang ingin belajar mengemudi pasti akan datang ke sini untuk meningkatkan keterampilan menyetir. Ancaman akan senggol sana sini akan menjadi ujian paling bagus, sebelum benar-benar menyetir di jalan raya.
Salam olahraga, dari mantan kuli tinta GBK. (Semoga suatu saat GOR bisa seindah GBK.)
Pontianak, 29 April 2014, pukul 15.04 WIB.
Kalo 1 bulan harganya brp?
Kalo masuk harganya berapa?
Hai, Raisya. Wah, maaf saya baru baca comment kamu. Untuk menggunakan fasilitas di GOR, tidak dikenakan biaya, alias gratis. Selamat berolahraga ya. =)